Kesombongan, iri dan dengki adalah teman akrab yang bisa tumbuh berkembang dengan cerdas dalam lubuk hati kita. Cerdas untuk membuat sebuah pembenaran bahwa iri dan dengki itu benar, kesombongan yang muncul karena butuh perhatian akan eksistensi diri. Sering kali sombong ini begitu halus dalam benak kita merubah wujud dalam bentuk pengakuan eksistensi. Iri dan dengki bisa berkembang sangat cepat apabila kita kasih ruang sedikit saja, iri dan dengki bisa menguasai akal sehat kita, dia bisa membunuh kita pelan-pelan tenggelam dalam ketidak eksisan. Iri dan dengki biasanya muncul karena merasa ada ancaman akan eksistensi diri, takut terkalahkan, takut tersaingi, takut disamai.
Kesombongan,iri dan dengki berbahan bakar kesakit hatian dan berbuahkan kebencian yang ujungnya hanya ingin memuaskan nafsu "rasa ingin eksis" yang fana. Kesombongan, iri dan dengki tidak pernah ada ujung puasnya karena dia terlalu kreatif untuk selalu membuat ujung menjadi pangkal yang lain.
Kenapa kita ketakutan akan eksistensi harus terekspresikan dalam bentuk iri dan dengki ? bukankah kita sudah lahir didunia ini sudah menunjukkan eksistensi kita ? Kalau memang kita ingin eksis pada porsi eksistensi di koordinat lain mari kita belajar pada orang yang sudah pada koordinat eksistensi yang kita inginkan.
Mengapa kita takut "dianggap" miskin atau "dianggap" bodoh, mengapa kita harus merasa hina kalau dianggap miskin atau dianggap bodoh. Kalaupun kita memang miskin atau bodoh mari kita terima itu dengan iklas dan kalau memang kita tidak ingin miskin atau bodoh mari kita belajar pada orang yang kaya atau orang yang pintar. Kalau kita merasa kurang bijak mari kita belajar pada orang yang bijak.
Menerima secara terbuka untuk jujur pada diri sendiri memang tidak mudah tapi bukan hal yang mustahil, kejujuran pada diri sendiri akan membuat kita akrab dengan diri kita sendiri kita akan lebih mesra dengan diri kita.
Jujur pada diri sendiri akan membuat rasa sombong, iri dan dengki menjadi terkendali....
Kesombongan,iri dan dengki berbahan bakar kesakit hatian dan berbuahkan kebencian yang ujungnya hanya ingin memuaskan nafsu "rasa ingin eksis" yang fana. Kesombongan, iri dan dengki tidak pernah ada ujung puasnya karena dia terlalu kreatif untuk selalu membuat ujung menjadi pangkal yang lain.
Kenapa kita ketakutan akan eksistensi harus terekspresikan dalam bentuk iri dan dengki ? bukankah kita sudah lahir didunia ini sudah menunjukkan eksistensi kita ? Kalau memang kita ingin eksis pada porsi eksistensi di koordinat lain mari kita belajar pada orang yang sudah pada koordinat eksistensi yang kita inginkan.
Mengapa kita takut "dianggap" miskin atau "dianggap" bodoh, mengapa kita harus merasa hina kalau dianggap miskin atau dianggap bodoh. Kalaupun kita memang miskin atau bodoh mari kita terima itu dengan iklas dan kalau memang kita tidak ingin miskin atau bodoh mari kita belajar pada orang yang kaya atau orang yang pintar. Kalau kita merasa kurang bijak mari kita belajar pada orang yang bijak.
Menerima secara terbuka untuk jujur pada diri sendiri memang tidak mudah tapi bukan hal yang mustahil, kejujuran pada diri sendiri akan membuat kita akrab dengan diri kita sendiri kita akan lebih mesra dengan diri kita.
Jujur pada diri sendiri akan membuat rasa sombong, iri dan dengki menjadi terkendali....
_QueenShine_